MOS, Proses Pengenalan atau Ajang Pamer Otot?

Kali ini, saya akan mengangkat permasalahan MOS atau yang sering di singkat dengan Masa Orientasi Indonesia yang ada di Indonesia. Beberapa waktu yang lalu memang marak kasus kematian seorang siswa di sekolah akademik akibat kegiatan MOS. Tapi sebelumnya, saya akan menjelaskan tentang MOS itu sendiri. MOS atau Masa Orientasi Sekolah adalah serangkaian masa pra-sekolah untuk murid baru (murba) baik setingkat SMP, SMA ataupun Universitas. MOS merupakan kebiasaan dalam dunia pendidikan yang sudah turun-temurun dilaksanakan oleh senior kepada junior baru. Hal ini sangat berguna, karena memang saat MOS para senior akan mencoba untuk mengenalkan tentang seluk-beluk sekolah yang baru dijajaki oleh para junior. Sebenarnya kegiatan MOS merupakan salah satu kegiatan resmi sekolah yang mempunyai dasar hukum yang jelas, Biasanya berupa peraturan dari Bupati/Wali Kota, Dinas Pendidikan atau sekolah terkait untuk menyelenggarakan MOS. Jadi MOS merupakan suatu kegiatan yang telah dilegalkan oleh pemerintah/sekolah setempat. Jadi, setelah diteliti, ada beberapa manfaat dari MOS itu sendiri, antara lain :

  1. Mengenal lingkungan sekolah;
  2. Memahami arti penting kejujuran, diiplin dan ketertiban;
  3. Memahami cara belajar efektif dan menyenangkan;
  4. Membangkitkan jiwa kebersamaan serta kekompokkan antar individu;
  5. Melaksanakan tata krama dan membangun kerjasama;
  6. Membiasakan berkompetisi serta menghindari kecurangan;
  7. Membangkitkan pemahaman bela Negara dan wawasan kebangsaan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka level MOS pun semakin beragam. Mungkin bagi anak SD, MOS tidak berlaku bagi mereka. Karena masa-masa SD merupakan masa awal untuk mengenal sekolah, bukan lanjutan dari satu jenjang ke jenjang lain, misalnya seperti dari SD ke SMP. Saat masa-masa awal masuk SMP, saya pernah merasakan MOS yang sesungguhnya. Maksudnya adalah, pihak penyelenggara MOS memang mengenalkan tentang sekolah kepada junior-junior baru. Mereka mengenalkan tentang letak fasilitas-fasilitas sekolah, semisal  ruang Lab, ruang Kepala Sekolah, ruang Multimedia, ruang UKS, ruang guru, ruang Perpustakaan dan sebagainya. Lalu, mereka juga membuat suasana MOS lebih bermakna dan membuat kesan. Sampai sekarang saya pun masih mengingat hal tersebut karena MOS pada saat itu dibawa oleh para Senior yang kreatif serta mendidik sehingga membuat suasana MOS sangat mengesankan bagi para Murba.

Biasanya kegiatan MOS diadakan dengan disertai game-game yang bernuansa edukatif ataupun rekreatif agar Murba dapat meningkatkan Kreatifitasnya. Dan para senior memiliki banyak cara agar sang junior bisa langsung memahami arti kedisiplinan dan kekompakan. Biasanya para senior akan membuat suatu masalah dan mengaruskan para junior untuk memecahkan masalah itu. Dari kegiatan itu, bisa tercipta kekompakan dan kerjasama antara sesama junior. Apalagi ketika masuk sekolah baru, seluruh junior akan bertemu dengan orang-orang baru, dan keluar dari zona aman mereka.

Namun sayangnya, dewasa ini MOS sering sekali menjadi persoalan yang seolah tidak berujung. Bagaimana tidak, MOS yang tadinya bertujuan positif, malah jadi ajang balas dendam, ajang menunjukkan kehebatan, menyuruh para junior dengan hal diluar nalar manusia, maupun ajang coba-coba. Banyak senior yang merasa “tidak enak badan” kalau belum membuat perhitungan kepada murid baru disebuah sekolah. Padahal, hal itu tidak termasuk dalam tujuan MOS sesungguhnya. Saya sering melihat kasus-kasus kekerasan yang berujung kematian saat proses MOS berlangsung. Miris rasanya ketika kita tahu bahwa kegiatan MOS sendiri telah tercoreng karena keegoisan semata. Keegoisan untuk membalas rasa sakit hati yang dulu pernah dirasakan oleh seorang junior yang kini menjadi senior. Kalau diteliti lagi, sebenarnya kekerasan pada masa MOS dapat dikatakan tindakan bully secara tidak langsung.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi Komisi Perlin­dungan Anak Indonesia (KPAI) pada April 2012 terhadap sembilan Provin­si yaitu Sumatera Barat, Lampung, Jambi, Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Ka­limantan Timur ditemukan ang­ka kekerasan yang cukup tinggi di sekolah. Umumnya, kekerasan ini terjadi saat kegiatan MOS. Dari total res­ponden 1.026 anak ternyata menyatakan 66,5  persen atau 628 anak pernah mengalami kekera­san yang dilakukan guru, 74,8 persen 767 anak pernah menga­lami kekerasan yang dilakukan te­man sekelas (74,8 %), dan se­banyak 578 anak pernah menga­la­mi kekerasan yang dilakukan teman lain kelas (56,3 %).  Dari data tersebut sudah bisa dipastikan bahwa kegiatan MOS saat ini banyak menimbulkan hal-hal negatif. Banyak juga kasus-kasus penyiksaan dan kematian yang dialami oleh peserta MOS seperti kasus Seorang siswi di Yogyakarta meninggal dunia saat sedang mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), Jumat 19 Juli 2013. Diberitakan sebelumnya, bahwa siswi tersebut meninggal usai mendapatkan hukuman squat jump dari panitia MOS sekolah. Dia dihukum karena tidak menggunakan T-Shirt saat akan melaksanakan kegiatan baris-berbaris. Beberapa pengurus sekolah sempat menolong korban dan melarikannya ke Rumah Sakit. Tapi, nahas nyawa siswi tersebut tidak dapat tertolong.

Dari fakta yang terdapat di atas, kita bisa mengambil pelajaran bahwa seharusnya MOS menjadi proses pengenalan, proses pengembangan kreatifitas serta kekompakkan, bukan ajang pamer kekuatan, bukan ajang penyiksaan serta ajang balas dendam. MOS seharusnya menjadi tahap seorang junior lebih paham dan lebih mengenal sekolah dan orang-orang disekitarnya. Kita sebagai generasi bangsa wajib menjunjung tinggi karakter bangsa yang memang jauh dari sikap tidak toleran terhadap orang lain. Dan juga kita harus menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung Pancasila seperti “ Kemanusian yang adil dan beradap”, dan “ Keadilan sosial yang bagi seluruh rakyat Indonesia”, dengan menjunjung tinggi nilai Pancasila kita dapat membuat suasana MOS lebih Mengesankan tanpa adanya Kekerasan serta yang terpenting mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kegiatan MOS yang berbau kekerasan dapat di halau dengan cara kesadaran dari masing-masing senior serta dukungan yang baik dan pengawasan yang memadai dari pihak sekolah. Pihak sekolah bukan hanya menjadi pengawas dalam kegiatan MOS, tetapi pihak harus terlebih dahulu Mendidik para senior MOS agar mereka dapat menjadi para Leaders yang hebat pada saat Masa orientasi tersebut. Karena ketika senior telah mengerti pentingnya makna MOS itu sendiri, maka tujuan dari MOS sesungguhnya akan terealisasikan dengan baik. Sehingga berita seperti “kekerasan” para Senior pada saat Masa Orientasi akan tergantikan dengan “kreatifitas” para Senior MOS.

Jadi harapan para Orang tua kepada pihak Sekolah agar MOS menjadi hal yang positif dan menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi para anaknya. Semoga Masa Orientasi di setiap ajaran baru dapat menumbuhkan jiwa-jiwa Leaders bagi para Senior agar para Junior dapat suatu hal yang baru yang belum pernah di dapatkan di jenjang sebelumnya dan membuat junior dapat jadi penerus Senior yang baik dan berjiwa Leaders. Serta bagi para junior agar dapat menjadi junior yang patuh terhadap senior jika itu merupakan hal yang positif. Sehingga Pada MOS dapat menjadi kegiatan yang “Positif” bukan “Negatif”.

Balada Ujian Nasional, Celotehan Siswa SMA Tingkat Akhir

Bukan protes
Bukan gugatan
Bukan demonstrasi
Karena saya bukan aktivis
Hanya mantan Peserta Ujian Nasional
(Bumi pertiwi, 14/4/16)

Prestasi penting, jujur yang utama.

Mendengar kutipan di atas, mungkin sahabat pembaca sudah mengetahui akan kemana arah pembicaraan kita saat ini.

Beberapa hari yang lalu Ujian Nasional atau biasa disingkat UN baru selesai dilaksanakan untuk tingkat SMA sederajat. Tetapi tampaknya pelaksanaan UN ini masih saja menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Sejak awal, pelaksanaan UN ini ditujukan sebagai bentuk evaluasi standar pendidikan setiap daerah yang nantinya akan dinilai oleh Pusat Penilaian Pendidikan. Tetapi nyatanya, yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya. UN yang pada awalnya ditujukan sebagai standar pemetaan pendidikan berubah menjadi ajang “adu prestise” antar sekolah dan siswa. Logikanya, tidak ada sekolah yang tidak mau siswanya lulus 100%. Dan tak ada juga siswa yang tidak mau lulus. Akhirnya, segala cara pun dihalalkan.Sekolah berlomba-lomba untuk lulus 100% tak peduli dengan cara apa. Memang sudah menjadi rahasia umum bahwasanya pelaksanaan UN ini tidak pernah luput dari kecurangan. Dari mulai beredarnya kunci jawaban hingga beredarnya soal ujian.

Tujuan pelaksanaan UN sebagai bentuk evaluasi pemetaan pendidikan ini kelihatannya tidak berjalan dengan baik. Bagaimana mungkin kita mengetahui bahwa pemetaan pendidikan sudah terdistribusi sempurna kalau pada kenyataannya hampir semua sekolah toh siswanya lulus 100%. Mulai dari Sabang sampai Merauke hingga ke daerah Indonesia lainnya, tingkat kelulusan hampir sama. Hampir semuanya lulus 100%. Bahkan sekolah yang terletak paling ujung Indonesia sekalipun tingkat kelulusannya sama dengan mereka yang bersekolah di pusat-pusat ibukota. Lantas apakah ini mencerminkan bahwa kesempatan pendidikan yang baik sudah tersebar di Indonesia secara merata? saya -yang notabenenya pernah melaksanakan Ujian Nasional- pikir tidak. UN ini telah menjadi momok tersendiri bagi masyarakat. Ada yang menyambutnya dengan belajar dengan sungguh-sungguh dan ada pula yang menyambutnya dengan mencari kunci jawaban dengan sungguh-sungguh. Bahkan tak jarang yang menyambutnya dengan berbagai macam ritual.

Dua tahun terakhir pelaksanaan UN mulai beralih dari sistem PBT (Paper Based Test) ke sistem CBT (Computer Based Test). Tujuannya adalah untuk meminimalisir kecurangan. Lantas, apakah cara ini efektif? mungkin bisa dikatakan “Ya”. Sebab kunci jawaban Ujian Nasional tidak “tembus” saat pelaksanaan Ujian Nasional versi CBT. Ini sedikit melegakan bagi kaum yang “belajar dengan sungguh-sungguh” tetapi sangat amat menggelisahkan bagi kaum yang “mencari kunci jawaban dengan sungguh-sungguh”. Tetapi, ini baru hari pertama pelaksanaan UN.

Pada hari kedua pelaksanaan UN, soal peserta UN PBT beredar dimana-mana, baik di media sosial ataupun di tempat lainnya. Lantas hal ini membuat kaum yang “belajar dengan sungguh-sungguh” merasa tidak nyaman sedangkan kaum yang “mencari kunci jawaban dengan sungguh-sungguh” berpesta pora. Tak ada kunci, soal pun jadi. Dan ternyata, soal yang diujikan sebagian besar sama dengan soal yang beredar. Hal ini sangat memicu pro dan kontra di tengah pelajar. Tak sedikit pelajar yang berpikir “Pemerintah apa gak memperkirakan ya potensi kebocoran soal ini? soal PBT dan CBT materi yang diujikan sama, padahal jelas-jelas harinya berbeda”. Tetapi tidak sedikit juga yang bersyukur dengan beredarnya bocoran soal ini karena mereka tak perlu berlatih dengan begitu banyak soal tetapi cukup dengan mengerjakan bocoran soal tersebut.

Ini menjadi beban tersendiri kepada Pemerintah, sebuah PR yang semestinya harus dituntaskan. Mungkin pada tahun ini masih dapat dimaklumi -atau mungkin tidak- sebab kita masih berada pada masa transisi antara UN PBT dan UN CBT. Mungkin pemerintah belum berpengalaman sehingga masih perlu beradaptasi dengan dua sistem yang berbeda ini. Tetapi saya pikir, apakah pantas bagi Pemerintah yang menjalankan Ujian Nasional sekian tahun masih dikatakan “kurang berpengalaman”? Siswa diajarkan untuk jujur, tetapi tampaknya Pemerintah sendiri masih membuka ruang untuk para siswa agar melakukan tindak kecurangan.Terlalu banyak manipulasi, menurut saya. Sedikit berkhayal saja, kalau saya menjadi tim pembuat soal atau tim-tim lain yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Ujian Nasional tidak mungkin saya membuat soal dengan jenis yang sama antara peserta CBT dan PBT.Mungkin hanya bobot soalnya saja yang disamaratakan, tetapi jenis soal jelas harus dibuat berbeda. Kalau saya saja -yang belum tamat SMA- mampu berpikir demikian, lantas mengapa orang-orang yang memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan sampai S3 tidak mampu menyadari potensi kebocoran soal tersebut? Entahlah, mungkin seperti yang saya katakan tadi, masih masa transisi, mungkin. Berpikir positif saja.

Selain itu PR yang dimiliki Pemerintah selanjutnya adalah standar kelulusan nilai per mata pelajaran yang dibuat sama, padahal jelas bahwa setiap pelajar memiliki karakteristik kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ada yang unggul di Fisika tetapi belum tentu unggul di Biologi. Ada yang unggul di Biologi tetapi mengalami kesulitan di Bahasa Inggris. Belum tentu dalam satu jenjang pendidikan tertentu, tiap mata pelajaran memiliki standar yang sama sebagai standar minimum pencapaian kompetensi. Keadaan ini menjadi tidak adil bagi peserta didik, karena dituntut melebihi kapasitas kemampuan maksimalnya. Sehingga dapat memicu pelajar untuk melakukan kecurangan. Karena apa? karena siswa dipaksa untuk memberikan hasil yang diluar batas kemampuannya.

Nah, selanjutnya kita berbicara tentang balada Ujian Nasional yang ada di masyarakat. Saya pikir tidak sepenuhnya salah para pelajar yang mencari kunci jawaban ataupun bocoran soal. Lah, jelas-jelas melakukan kecurangan kenapa bisa dikatakan tidak bersalah? Ya, memang tak sepenuhnya salah mereka. Setiap golongan mempunyai porsi kesalahannya masing-masing. Masyarakat kita sekarang jelas-jelas lebih menghargai nilai daripada kejujuran. Buktinya, jika ada seorang pelajar yang lulus dengan nilai tinggi, padahal jelas-jelas berlaku curang, masyarakat sudah maklum dan merasa bahwa menyontek adalah hal yang biasa. Asalkan nilai tinggi, menyontek tak ada salahnya. Tetapi seandainya ada seorang siswa yang tidak lulus padahal ia berlaku jujur, masyarakat malah menjadikan ia bulan-bulanan. Ujung-ujungnya orang tua pun malu, si anak depresi. Nyatanya hukuman moral dan sosial yang diberikan oleh lingkungan sekitar jauh lebih pedih. Jelas bahwa saat ini kejujuran masih belum dihargai. Orang-orang lebih berorientasi pada nilai yang tertera di selembar kertas dibandingkan dengan mental jujur yang dimiliki oleh seorang siswa. Maka dari itu, tidak sedikit pelajar yang berpikir “Udah belajar gak ngerti-ngerti, ujian udah deket, daripada diejek dan bikin malu orang tua, mending beli kunci jawaban aja. Beres”.

Lantas mengapa kelihatannya pelaksanaan Ujian Nasional ini jauh lebih menyedihkan dibanding balada yang paling menyedihkan sekalipun? The answer getting simple, kita adalah bangsa yang belum siap untuk jujur. Terlalu banyak teori, tetapi minim disikapi. Revolusi mental hanya menjadi semboyan yang digadang-gadangkan, padahal mental jujur jelas-jelas belum dimiliki oleh setiap lapisan masyarakat. Hal itulah yang menurut saya merupakan titik temu permasalahan Ujian Nasional ini. Jika masyarakat sudah terlatih untuk jujur, kunci jawaban tak lagi diperlukan, evaluasi pemetaan  standar pendidikan dapat diketahui, sehingga pemerataan kesempatan pendidikan pun merata, distribusi sarana dan prasarana pendidikan berjalan dengan baik. Dan lahirlah generasi yang cerdas, jujur, dan berprestasi.

 

Pemuda Pembangun Bangsa

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, India dan Amerika. Populasi penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan jumlah pemudanya saat ini mencapai 63,44 juta jiwa atau sekitar 26 persen dari total penduduk. Bahkan jumlah pemuda Indonesia lebih banyak dari jumlah keseluruhan penduduk Singapura yang berkisar 5,399 juta jiwa. Bayangkan saja jumlah peduduk di Singapura tidak lebih dari 6 juta jiwa, tetapi mereka sudah menjadi negara maju dan menguasai perekonomian di Asia Tenggara. Populasi penduduk Indonesia juga masih jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan populasi penduduk di Thailand, Malaysia, dan Brunei Darusalam. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang hanya jumlah pemudanya saja mencapai 63,44 juta? Belum lagi ditambah anak-anak dan lansia. Tetapi Indonesia masih menjadi negara berkembang serta kebutuhan utamanya saja masih mengimpor dari negara lain. Padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya manusia dan sumber daya alamnya. Mengapa bisa demikian? Apa penyebabnya? Apakah Indonesia krisis akan sumber daya manusia yang produktif? Mari kita telusuri.

Pertama, bila kita lirik dari dari segi ekonomi. Peduduk miskin di Indonesia mencapai 11,22 persen atau sekitar 28,59 juta jiwa, ini merupakan angka yang signifikan. Bahkan penduduk miskin di Indonesia semakin bertambah tiap tahunnya. Dengan banyaknya penduduk miskin membuat semakin banyaknya penduduk yang sulit memperoleh pendidikan. Di karenakan biaya pendidikan yang semakin tinggi, ini membuat penduduk miskin sulit mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Banyak sekali para pahlawan dan para petinggi negari ini berasal dari keluarga miskin. Tapi mengapa meraka dapat sukses? Sudah jelas mereka punya motivasi sendiri, sehingga mereka memiliki pemikiran ingin berubah, ingin bangkit serta ingin memimpin bangsa ini. Jika dilihat dari orang yang mempunyai perekonomian yang cukup, malah ada anaknya yang malas-malasan. Karena meraka sudah yakin akan masa depan yang cerah, ini merupakan paradigma yang salah. Karena kesuksesan itu berasal dari kerja keras yang di iringi doa serta dukungan dari keluarga dan pemerintah. Jadi dari segi ekonomi pemerintah harus lebih memperhatikan rakyat miskin dalam menimba ilmu serta memberi himbauan lebih sering lagi kepada para generasi muda, bila perlu ditekankan akan pentingnya pendidikan. Supaya lebih banyak lahir calon pemimpin negeri ini.

Kedua, dari segi pemerataan dan kualitas pendidikan. Indonesia adalah negara maritim, dengan luas daratan negara Indonesia sebesar 1.922.570 kilometer persegi dengan kurang lebih 17.504 pulau yang tersebar di atas perairan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan begitu luasnya daratan Indonesia ini tidak di imbangi dengan pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri ini. Pendidikan di Indonesia hanya terpaku pada pulau jawa dan kota-kota besar yang ada di sumatera, kalimantan, bali, sulawesi, papua dan sebagainya. Dan yang tidak kalah juga kualitas pendidikan juga terpaku pada kota-kota besar. Lalu apa yang harus dilakukan pemerintah? Sudah pasti pemerintah seharusnya harus lebih gencar dalam menangani masalah ini. Karena anak-anak Indonesia di daerah pelosok sana mempunyai hak yang sama dengan anak yang ada dikota, yakni sama-sama mempunyai hak mendapat pendidikan yang layak. Seperti yang tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 ayat 1 sampai dengan 5.

Ketiga, dari segi kesehatan. Masih banyak anak Indonesia yang tidak sehat, karena tidak adanya fasilitas yang lengkap di daerahnya. Contohnya saja, misalkan ada anak yang sedang sakit parah, dia adalah sosok anak yang berprestasi, tetapi karena tidak adanya fasilitas kesehatan di daerahnya yang dapat diberikan kepada dia, membuat penyakitnya semakin parah dan akhirnya meninggal. Disini, Indonesia telah kehilangan seorang calon pemimpin. Kemudian, masih banyak rakyat miskin yang tidak mendapatkan fasilitas kesehatan walaupun dia berada di kota besar, dikarenakan mahalnya biaya kesehatan. Jadi fasilitas kesehatan sangat penting bagi kemajuan negeri ini, maka pemerataan fasiltas dan terjangkaunya harga kesehatan harus terus ditingkatkan.

Keempat, dari jumlah lapangan pekerjaan. Lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia masih sangat sempit, baik itu lapangan pekerjaan modern maupun tradisional. Mengapa lapangan pekerjaan penting bagi kemajuan bangsa? Karena lapangan pekerjaan merupakan salah satu tolak ukur bahwa suatu negara dapat dikatakan maju atau tidak. Lihat saja negara maju, mereka mempunyai banyak lapangan pekerjaan, sampai-sampai mereka mempunya lapangan pekerjaan di negara lain. Lalu apa hubuganya dengan pemuda Indonesia? Hubunganya terletak pada pembangunan lapangan pekerjaan dan sebagai sumber daya manusianya. Indonesia harus bangkit dari keterpurukannya, dengan jumlah populasi pemuda yang berlimpah, pemuda Indonesia harus dapat membuat atau membangun lapangan pekerjaan sendiri, sehingga dapat berkurangnya angka pengangguran, kriminalitas, kemiskinan, dan tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri.

Kelima, memberi fasilitas modern bagi pendidikan. Memberi fasilitas modern merupakan hal yang sangat penting dilakukan, karena dengan semakin canggihnya zaman mebuat semakin pentingnya sebuah skill atau kemampuan seseorang dalam melakukan tugasnya. Bila fasilitas modern diberikan bagi para pelajar, ini adalah suatu kesempatan bagi si pelajar untuk membuat dirinya semakin aktif, mebuat dirinya lebih berwawasan serta berpengalaman. Hal ini membuat pelajar mempunyai skill yang tinggi, yang diperlukan untuk membangun negara. Sehingga dengan begitu pelajar akan menjadi sumber daya manusia yang berpotensi dibidangnya. Jadi Indonesia tidak perlu takut akan krisis sumber daya manusia yang ahli dalam bidangnya.

Keenam, menanamkan jiwa patriotisme dan nasionalisme bagi para pemuda. Jiwa patriotisme dan nasionalisme sangat penting dan harus tertanam disetiap hati penduduk Indonesia. Bila jiwa dan norma ini tidak ada didalam setiap penduduk, maka akan banyak sekali pemuda Indonesia yang pindah keluar negeri dan turut membantu negara orang lain. Contohnya saja, bila seorang pemuda Indonesia yang cerdas, dia sekolah diluar negeri. Lalu negara tempat dia bersekolah menawarkan pekerjaan dengan gaji super tinggi, nah apabila dia tidak memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme pasti dia akan menerimanya lalu membantu membangun negara orang. Bila dia mempunyai sikap patriotisme dan nasionalisme maka dia akan menolaknya dan dia akan memilih pulang ke tanah air lalu membantu negaranya sendiri. Maka dari itu sangat penting norma ini diterapkan didalam hati penduduk Indonesia.

Jadi kesimpulannya, Indonesia harus punya pemuda yang inovatif, inspiratif, serta kreatif di bidangnya. Dengan demikian Indonesia dapat mengubah nasibnya sendiri menjadi negara yang makmur dan sejahtera, dimana pemuda sebagai pemeran utama. Semua itu dapat diwujudkan melalui kerja keras pemerintah dalam memberikan pelayanan masyarakat. Dengan pemerataan pendidikan, kualitas pedidikan, biaya hidup, serta fasilitas pendukung pendidikan dan kesehatan. Maka dari itu pemerintah harus terus gencar menyelesaikan masalah ini, dan kita sebagai pemuda harus lebih aktif dalam membangun negeri ini serta mendukung program pemerintah agar tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Karena hasilnya bukan untuk kita nikmati sekarang, tapi juga untuk anak cucu kita kelak nanti.

 

Masih Layakkah Kita Akui?

Zaman sudah semakin modern, namun banyak sekali pepatah-pepatah terdahulu yang masih saja melekat di ingatan kita seperti “Jangan duduk didepan pintu, nanti tidak dapat jodoh” , atau “Kalau menyapu harus bersih, kalau tidak bisa memiliki suami yang berewokan’” dan masih banyak lagi. Namun, pepatah-pepatah tersebut tidak terlalu berpengaruh dalam kehidupan kependudukan di Indonesia. Salah satu pepatah yang masih sangat erat berhubungan dengan kependudukan di Indonesia adalah “banyak anak banyak rezeki” . Pepatah tersebut mampu memengaruhi pola pikir rata-rata penduduk Indonesia untuk tidak melaksanakan program KB (Keluarga Berencana) yang sedang gencar disosialisasikan oleh BkkbN.

Pola pikir seperi itu memang berlaku ketika zaman belum terlalu modern seperti sekarang ini. Seperti yang kita ketahui bahwasanya orang-orang terdahulu memiliki anak dengan jumlah lebih dari 6 bahkan bisa sampai 13. Kita juga bisa akui kalau zaman dulu banyak anak-anak yang tidak bersekolah dan membantu orang tuanya untuk bekerja di sawah ataupun di kebun. Dengan jumlah anak yang banyak, tentu akan sangat membantu perekonomian keluarga dan mampu meringankan beban orangtua. Orang terdahulu tidak terlalu berusaha memikirkan pendidikan yang harus diberikan kepada anak-anak.  Selain itu, sebagian orang berpendapat bahwa dengan memiliki keturunan yang banyak akan tetap mempertahankan generasi keluarga. Faktor pendukung lain adalah jumlah penduduk Indonesia dengan kategori miskin tidak meledak seperti sekarang ini. Dahulu Indonesia mampu menjadi negara dengan swasembada beras terbesar di Asia Tenggara. Para petani terjamin kesejahteraan hidupnya. Semua itu karena rakyat indonesia masih berjumlah sedikit, coba bayangkan untuk sekarang ini jumlah populasi masyarakat indonesia telah mencapai sekitar 250 juta jiwa. Bahkan sekarang, untuk  beberapa jenis bahan pangan saja kita harus banyak mengimpor dari negara-negara tetangga. Seperti mengimpor daging ayam dari Malaysia, mengimpor cabai dari Vietnam dan India, dan masih banyak lagi. Apakah pemikiran tentang banyak anak banyak rezeki masih cocok diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini dengan bahan pangan yang menipis?

Padahal kita ketahui sangat banyak manfaat dari KB. Manfaat dari KB antara lain :

  1. Manfaat Untuk Ibu :
  • Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan;
  • Mencegah setidaknya 1 dari 4 kematian ibu;
  • Menjaga kesehatan ibu;
  • Perencanaan kehamilan lebih terprogram.

2. Manfaat Untuk Anak :

  •  Mengurangi risiko kematian bayi;
  • Meningkatkan kesehatan bayi;
  • Mencegah bayi kekurangan gizi;
  • Tumbuh kembang bayi lebih terjamin;
  • Kebutuhan ASI eksklusif selama 6 bulan relatif dapat terpenuhi;
  • Mendapatkan kualitas kasih sayang yang lebih maksimal.
  • Meningkatkan ikatan antara ibu dan anak.

3. Manfaat Untuk Keluarga :

  • Meningkatkan kesejahteraan keluarga;
  • Harmonisasi keluarga lebih terjaga.

Ada fakta yang menyebutkan, bahwa sejak tahun 1970 di Cina, setiap orang hanya diperbolehkan memiliki satu orang anak saja. Hal itu disebabkan karena Cina merupakan negara maju dengan jumlah penduduk terpadat di dunia. Bagi keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, akan didenda senilai 40 ribu yuan atau setara Rp 60 juta untuk anak kedua. Selain itu, beberapa kasus lainnya terdapat pemaksaan pengguguran kandungan yang banyak menimbulkan reaksi keras dari masyarakat Cina. Kebijakan dari pemerintah ini memang berhasil menekan jumlah kelahiran, namun efek lain dari kebijakan ini adalah membengkaknya rasio jumlah populasi orang tua di Cina. Namun kini, kebijakan tersebut akan segera dihapus secara bertahap. Lembaga think tank pemerintah, China Development Research Foundation, mengisyaratkan, mulai tahun 2015 setiap keluarga diperbolehkan memiliki dua anak. Dengan beberapa persyaratan seperti pemerintah hanya mengizinkan keluarga yang tinggal di daerah perkotaan memiliki satu orang anak. Sedangnkan keluarga yang tinggal di daerah perdesaan diizinkan memiliki dua anak, dengan catatan anak pertama adalah perempuan.

Kembali pada permasalahan Indonesia. Dewasa ini, kebutuhan hidup semakin meningkat namun harga bahan pokok semakin membumbung tinggi. Seakan-akan tidak ada tempat untuk masyarakat kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Miris rasanya ketika melihat anak-anak kecil yang belum pantas untuk mencari nafkah sudah harus bekerja seperti berjualan koran, berjualan makanan dan minuman, dan semacamnya. Dari hal tersebut pula, kita temukan bahwa terdapat satu lagi dampak kurang baik kehadiran semboyan “banyak anak banyak rezeki” di zaman modern ini.

Adalagi dampak yang sangat penting dari semboyan “banyak anak banyak rezeki” yakni ledakan peduduk, mari kita bahas dikit sedikit tentang ledakan peduduk. Jika ledakan penduduk ini terus didiamkan, maka tak dapat dipungkiri jika jumlah penduduk Indonesia mencapai angka 1 milyar dalam rentang waktu 100 tahun ke depan. Penduduk yang banyak, tak terkendali, dan tak terdistribusi secara merata tentu akan mengakibatkan berbagai masalah timbul di Indonesia, diantaranya:

  • Persaingan dalam dunia ketenagakerjaan akan semakin pelik
    Semakin banyak jumlah penduduk, semakin banyak para pelamar kerja. Diperkirakan harus diciptakan 30 juta lapangan pekerjaan baru setiap tahunnya jika setiap orang yang menginjak usia kerja harus memiliki pekerjaan.
  • Minimnya daerah pemukiman.

Permasalahan ini terutama terjadi di daerah perkotaan yang padat . Di daerah perkotaan, tak jarang  kita jumpai permukiman kumuh.

  • Berkurangnya kesempatan pendidikan.
    Semakin banyak bayi yang lahir setiap tahunnya, maka semakin banyak diperlukan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang layak. Negara miskin, mungkin tidak bisa memenuhi fasilitas pendidikan. Sebagai hasilnya, tidak setiap anak memiliki kesempatan untuk bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang memadai.

Jika kita bercermin pada realita yang ditimbulkan akibat adanya ledakan penduduk, maka sudah sepatutnya kita menerapkan langkah yang dapat mengatasi masalah-masalah kependudukan tersebut yakni melalui:

  • Pembatasan kelahiran bayi dengan program keluarga berencana yang digagas oleh BkkbN
  • Pelaksanaan program tansmigrasi sebagai upaya untuk mengatasi kepadatan penduduk dan persebaran penduduk yang tidak merata.
  • Pembangunan fasilitas dan infrastruktur pendidikan yang layak.
  • Pembangunan perumahan-perumahan murah bagi warga kurang mampu.
  • Pembangunan industri-industri baru, pusat-pusat perdagangan dan pariwisata sebagai upaya mengatasi kurangnya kesempatan kerja.

Bila upaya-upaya tersebut dapat terealisasi sempurna, maka tak menutup kemungkinan kita dapat menekan laju pertumbuhan penduduk dan meminimalisir dampak dari ledakan penduduk yang telah terjadi di Indonesia.

Dengan semakin majunya bangsa ini, sebaiknya kita juga memiliki pemikiran yang maju mengenai  pencapaian negara kita ke depan. Hadirnya bonus demografi menjadi salah satu tolak ukur kemakmuran suatu bangsa. Jangan sampai percuma kita memiliki penduduk dengan jumlah usia produktif yang besar, namun tidak bisa memanfaatkan kehadiran bonus demografi tersebut. Indonesia adalah negara kaya, kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Banyak sekali manfaat yang dihadirkan oleh adanya program KB yang tengah disosialisasikan oleh BkkbN. Kini, harus kita akui bahwa pepatah “banyak anak banyak rezeki” harus ditinggalkan perlahan namun pasti. Dan saatnya kita sukseskan bersama Indonesia menjadi negara yang makmur dan sejahtera.

Ayo ikut KB, “DUA ANAK CUKUP” 🙂

Kini, Tepat di Bawah Garis Kemiskinan

Kalau diurutkan, masih cukup banyak permasalahan pelik yang dialami bangsa kita pasca Ir.Soekarno mengumumkan proklamasi kemerdekaan. Entah itu masalah yang dapat segera diatasi maupun masalah berkepanjangan yang itu-itu saja permasalahan utamanya. Contohnya kemiskinan. Kemiskinan dapat dikatakan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap timbulnya permasalahan sosial. Kemiskinan telah menjadi masalah yang cukup berat karena berkaitan dengan kesenjangan sosial dan pengangguran. Kemiskinan bukan diciptakan oleh masyarakat miskin tapi diciptakan oleh sistem yang ada di masyarakat. Kemiskinan biasanya dialami oleh negara-negara berkembang. Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan kaum tuna wisma.

Pada pertengahan tahun 1960-an sampai tahun 1996, saat bangsa ini di bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto atau Pemerintahan Orde Baru, tingkat kemiskinan di Indonesia menurun cukup signifikan baik di desa maupun di kota. Hal itu disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang cukup kuat dan adanya program-program penanggulangan kemiskinan yang efektif. Menurut badan pusat statistik, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada periode 1976-2007 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada tahun 1976 penduduk miskin sekitar 54,2 juta jiwa (sekitar 44,2 juta jiwa di perdesaan, dan sekitar 10 juta jiwa di perkotaan). Angka ini pada tahun 1980 berkurang hingga menjadi sekitar 42,3 juta jiwa (sekitar 32,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,5 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 21,95 persen dari tahun 1976. Pada tahun 1990 jumlah penduduk miskin berkurang hingga menjadi sekitar 27,2 juta jiwa (sekitar 17,8 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,4 juta jiwa di perdesaan), atau berkurang sekitar 35,69 persen dari tahun 1980. Pada tahun 1996 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan hingga mencapai sekitar 34,5 juta jiwa (sekitar 24,9 juta jiwa di perkotaan, dan sekitar 9,6 juta jiwa di perdesaan). Dibandingkan dengan tahun 1990, angka ini menurun sekitar 20,87 persen.  Namun, ketika pada tahun 1990-an Krisis Finansial Asia terjadi, tingkat kemiskinan melejit tinggi, dari 11 persen menjadi 19.9 persen di akhir tahun 1998, yang berarti prestasi yang sudah diraih Orde Baru hancur seketika.

Di tahun 2015, kemiskinan yang dialami oleh bangsa ini masih menjadi momok menakutkan yang seolah tidak bisa pergi. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2013, penduduk miskin 11,37 persen dengan jumlah mencapai 28,07 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2014, presentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 11,25 persen atau 28,28 juta jiwa. Bisa dibayangkan, dari tahun ke tahun, Indonesia terus mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin. Kemiskinan yang semakin menjadi ini banyak disebabkan oleh persoalan-persoalan yang dialami oleh bangsa kita seperti :

  • Kenaikan harga BBM;
  • Inflasi;
  • Pelemahan dolar;
  • Keterbatasan lapangan pekerjaan;
  • Kondisi masyarakat yang masih banyak terisolasi;
  • Keengganan bekerja dan berusaha;
  • Terbatasya modal; dan
  • Terbatasnya SDA dan SDM.

Dengan adanya fakta di atas, terdapat beberapa usaha yang dapat kita lakukan untuk mengurangi atau menumpas angka kemiskinan yang ada di Indonesia, antara lain :

  • Pemberian bantuan kepada masyarakat miskin;

Pemberian bantuan kepada masyarakat miskin telah dilakukan oleh pemerintah melalui program BLT (Bantuan Langsung Tunai), BSM (Bantuan Siswa Miskin), beasiswa bidikmisi, beasiswa BUD (bagi para pelajar yang tidak mampu) dan lain sebagainya. Contohnya, misalkan ada rakyat yang miskin tetapi dia berprestasi, layakah suatu negara memberi apresiasi kepada rakyat tersebut? Sudah pasti layak, karena sebuah negara harus menjamin rakyatnya dari keterpurukan, bukanya membiarkan rakyat tersebut, bisa jadi rakyat tersebutlah yang akan menjadi calon pemimpin negeri ini.

  • Bantuan terhadap individu;

Bantuan terhadap individu dapat berbasis UMKM dalam bentuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014. Perpres yang ditandatangani pada bulan September lalu ini masih dalam tahap sosialiasi. Nantinya pelaku usaha mikro bisa membuka usaha dengan gratis sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan.

  • Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok;

Menjaga stabilitas kebutuhan pokok merupakan suatu bentuk langkah penting yang bisa menjamin masyarakat bangkit dari kemiskinan. Karena dengan stabilnya harga kebutuhan pokok, masyarakat juga mampu memenuhi kebutuhan hiudpnya secara maksimal dan tidak terlalu khawatir akan penjaminan kualitas hidupnya. Salah satu cara menjaga kesetabilan barang pokok dapat dilakukan dengan menjaga atau menyetabilkan harga BBM, karena harga BBM merupakan patokan dasar dalam penentuan harga barang. Contohny saja, jika harga BBM naik sudah pasti harga sembako naik, begitu dengan masyarakat bawah yang harus menyesuaikan harga sembako dengan pendapatannya yang sedikit. Dengan demikian masyarakat bawah harus pontang panting mencari biaya hidup, akibatnya masyarakat menjadi tidak sejahtera.

  • Pembinaan sentra-sentra produksi di daerah terisolir dan tertinggal;

Seringkali pemerintah kesulitan menjangkau daerah terpencil. Dengan adanya pembinaan sentra-sentra produksi di daerah tertinggal, masyrakat yang terisolir mampu mengembangkan daerahnya dari keterpurukan kemiskinan serta ketidaksanggupan jangkauan daerah masyarakat itu sendiri. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di daerah tertinggal dan terisolir.

  • Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain;

Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan masyarakat atas pelayanan-pelayanan yang begitu mendasar. Pelayanan yang mendasar sangat menentukan kualitas peningkatan jumlah penduduk yang terlepas dari angka kemiskinan. Pendidikan yang baik mampu menjamin kualitas sumber daya manusia yang nantinya diharapkan mampu membangun negara ini menajdi lebih maju. Selain itu, pelayanan kesehatan juga sangat penting karena. Manusia yang sehat jasmani dan rohani pasti dapat memaksimalkan potensi yang ada di negaranya. Contohny, bila masyarakat suatu negara tidak memiliki pelayanan dasar, apa yang akan terjadi? Sudah pasti negara tersebut akan terpuruk, bahkan sangat terpuruk. Di karenakan hebat atau buruknya sebuah negara tergantung akan kondisi rakyatnya sendiri.

  • Membangun sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin atau kurang mampu;

Hal ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari ketidakmampuan menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seperti guncangan sosial serta ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah selama ini telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat miskin di antaranya bantuan sosial untuk masyarakat rentan korban bencana alam dan korban bencana sosial, penyediaan bantuan rumah tangga miskin, dan sebagainya.

Dengan adanya upaya-upaya tersebut, bangsa kita harus mampu menumpas angka kemiskinan seefektif mungkin dan bisa optimis menjadi negara berkembang dengan penduduk yang sejahtera. Karena dari penduduk yang sejahtera, Indonesia bisa menjadi negara yang hebat dan berkualitas. Negara yang hebat bukan hanya dilihat dari aspek sumber daya manusianya saja, tapi dilihat dari berbagai aspek kehidupan. Maka dari itu, mari kita bangun negara kita yang kita cintai ini.

Reportase Sejarah: Dibalik Gedung Bappeda Kota Langsa

Dunia tidak akan pernah berubah kecuali dengan sejarah. Berbagai pergolakan yang kita alami sekarang dan usaha yang kita tempuh untuk lepas dari kekelaman masa lalu, tidak akan pernah tuntas tanpa melihat akar-akar dan sebab-sebab permasalahannya dalam rekaman sejarah.

This video shows how history plays its way in Langsa. Watch out and enjoy!
Video created by Maulana Hizbullah, founder of Bilal Production

PENTINGKAH SEKOLAH?

Sekitar empat tahun yang lalu saya mengadakan seminar di sebuah sekolah ternama, dan hasilnya amat sangat mengguncang sekolah tersebut, karna setelah itu banyak guru dan kepala sekolah yang datang kepada saya mengatakan bahwa, apa yang saya sampaikan tidak pantas disampaikan kepada murid yang datang pada saat itu, karna saya lebih pro ke murid daripada ke sekolah tersebut.

Tapi saya akan mengatakan lagi hal ini ke anda supaya anda dapat mendengarkan apa yang saya sampaikan pada saat itu walaupun dalam waktu yang singkat karna hanya dalam bentuk suara rekaman suara saya.

Pertama, saya ingin mengatakan dulu bahwa sekolah itu, “penting”. Ok?
Jadi, bukan mengatakan bahwa anda tidak harus sekolah, jangan sampe ke sana larinya. Tapi saya ingin mengatakan bahwa, walaupun sekolah itu penting,, namun banyak hal yang salah di dalam sekolah; terutama, di Indonesia.

Mengapa?

Begini saja…
Anda pasti tau bahwa banyak sekali anak2 yang jelek nilai sekolahnya atau tidak baik di sekolahnya, tapi besarnya bisa sukses. Sedangkan anak2 yang sukses di sekolah, saya tidak mengatakan bahwa mereka tidak bisa sukses, tapi banyak sekali yang akhirnya kerja, menjadi pegawai biasa. Kenapa hal itu bisa terjadi?

Karna masa depan tidak ditentukan oleh sekolah.

Kalo anda liat dari, apa sih yang ingin dibentuk oleh sekolah?
Menurut saya hanya satu, sekolah ingin membentuk anak2nya menjadi guru.

Jadi, guru matematika, ingin membuat anak2nya menjadi guru matematika. Guru sejarah ingin membuat anak2nya yang belajar, menjadi guru sejarah. Begitu juga dengan guru2 lainnya.
Anehnya, kalo kita ambil seorang guru, ambil saja, guru matematika. Lalu, kita beri test tentang geografi, saya berani yakin bahwa dia tidak menguasai geografi. Atau guru kimia, kita test seni rupa, saya yakin guru kimia tersebut tidak bisa melakukan test seni rupa, atau nilainya jelek.. Atau guru seni rupa, kita test olahraga, pasti dia juga tidak bisa olahraga dengan nilai baik.

Lalu mengapa, kalau guru2 tersebut tidak bisa melakukan hal lain dengan nilai baik, tapi murid2nya dipaksakan mendapatkan semua nilainya baik. Aneh kan???
Kalau gurunya saja hanya menguasai satu mata pelajaran, mengapa semua murid harus menguasai semua mata pelajaran.

Ya, mungkin untuk dasar, katanya.
Tapi, toh ternyata ketika sudah dewasa sang guru pun sadar bahwa dia tidak menggunakan atau tidak memerlukan semua ilmu/pelajaran yang diberikan pada saat dia kecil. Iya tidak???

Karna, pada dasarnya tidak ada manusia yang bisa sempurna dalam segala hal, begitu juga murid2.
Murid2 tidak bisa menguasai semua hal secara baik. Banyak sekali pelajaran2 yang diberikan dan tidak digunakan ketika dewasa.

Contohnya begini saja, mempelajari peta buta. Saya sampai sekarang tidak tau kenapa saya harus mempelajari peta buta ketika saya kecil. Saya tidak menjadi ahli geografi, saya juga tidak menjadi tour guide, saya tidak menjadi itu. Lalu buat apa saya dulu mempelajari itu? Kalo saya ingin menjadi seorang tour guide atau saya ingin menjadi seorang ahli geografi, mungkin saya harus mempelajari hal tersebut.
Atau, menghafalkan nama2 gubernur, menghafalkan nama2 walikota, yang sedangkan walikota atau gubernur berganti setiap berapa tahun sekali.

Jadi, sangat amat tidak masuk akal, menurut saya. Saya tidak tahu sekarang masih atau tidak harus menghafal nama2 tersebut. Dulu saat saya masih sekolah, di SMP atau SMA saya lupa, guru akuntan saya mengatakan pada saya, karna nilai akuntan saya jelek.
“Kalau nilai akuntansi kamu jelek, Ded, kamu tidak akan bisa menjadi orang sukses.”
O ya? Ternyata saya bisa sukses dan saya bisa membayar akuntan yang bekerja pada saya. Itu adalah fakta..

Sekarang, begini sajalah, apa sih yang harus dirubah? Sekolahnya?

Mungkin sistemnya.
Mengapa tidak sejak kecil ketika anak masih dari sekolah SD, kita lihat dulu berapa lama, apa yang dia suka. Lalu kita bagi kelasnya. Aroundtheworldlineat Kalau anak tersebut suka matematika, berikan pelajaran matematika lebih banyak, kalau anak tersebut suka sejarah, berikan dia pelajaran sejarah lebih banyak.

Jadi seperti orang kuliah tapi sejak kecil. Jadi sejak kecil anak itu sudah dijuruskan kepada apa yang dia suka, bukan dijejalkan dengan semua pelajaran yang dia suka atau tidak suka, harus bisa dan harus hafal. Ada anak dengan rengking satu yang bisa menghafalkan semuanya, tapi begitu dia menjadi dewasa, pikirannya telah terkotaki, kreativitasnya telah buntu, otak kanannya tidak akan jalan.

Kenapa?
Karna yang dipakai hanya otak kiri, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal, menghafal.
Akhirnya, bukan pintar, bukan cerdik, tapi jago menghafal. Menghafal rumus matematika, menghafal sejarah, menghafal peta buta, dan sebagainya.Dan biasanya anak2 tersebut pelajaran olahraganya atau pelajaran seni rupanya jelek karna otak kanannya tidak dipakai.

Anak saya sekolah di sekolah internasional, dan sejak kecil, sejak SD, anak saya sudah diarahkan ke pelajaran mana yang dia lebih suka dan kelasnya lebih banyak. Jadi, kelasnya banyak dan anaknya sendiri yang datang ke kelas bukan gurunya yang datang ke kelas untuk mengajar anaknya.

Lalu bagaimana merubah itu semua???
Memang susah karna sekolah pasti tidak akan ingin merubah. Butuh tahunan untuk merubah itu.
Saya harap satu saat bisa. Tapi sebelum itu bisa, apabila yang mendengarkan suara saya ini orangtua, dengarkan ini baik2.
Apabila yang mendengarkan suara saya ini adalah anak2, minta orangtua anda untuk mendengarkan suara saya, sebentar saja.

Kalau seandainya orangtua mendukung apa yang paling anak sukai dalam mata pelajaran, mungkin dia akan menjadi anak yang lebih berhasil nanti kedepanya.

Bagaimana caranya?

Begini, pelajaran matematika merah, pelajaran seni rupa bagus, kenapa yang harus di lesi di rumah pelajaran matematika? Kenapa memanggil guru matematika untuk memberi les tambahan matematika?

Tidak perlu kan? Kenapa tidak dilesi sesuatu yang memang anak itu suka! Kalau anak saya pelajaran matematikanya jelek dan pelajaran seni rupanya bagus, saya tentu akan meleskan anak saya seni rupa, supaya bakatnya sudah mulai dikembangkan sejak kecil.Bukan memaksakan hal yang memang mereka tidak suka.

Kalau seni rupanya jelek, sejarahnya bagus, biarkan pelajaran seni rupanya jelek, pelajaran sejarahnya dibantu orangtuanya di rumah untuk lebih dikembangkan. Memang ada pelajaran2 yang kalau nilai anda jelek maka anda tidak lulus ujian atau tidak naik kelas.

Ya, kalo pelajaran2 seperti itu dibantu supaya mendapatkan nilai secukupnya, cukup untuk lulus & naik kelas tentunya. Tidak perlu sembilan, tidak perlu sepuluh.

ingat! nilai pelajaran anda tidak menentukan masa depan anda, nilai UAS anda tidak menentukan masa depan anda, anda rengking satu di kelas bukan berarti anda akan berhasil menjadi manusia kelak ketika anda dewasa, sama sekali tidak berhubungan menurut saya.

Kuncinya adalah orangtua di sini. Orangtua harus mendukung apa yang anak suka. Kalau ada pelajaran yang jelek, pelajaran yang baik, dukung pelajaran yang baik…
Jangan memaksakan terhadap anak dari yang asalnya pelajarannya jelek menjadi bagus, nilainya sembilan atau sepuluh, tidak penting!

Tidak perlu takut untuk mendapatkan nilai jelek!
Tidak perlu takut untuk tidak naik kelas!
Tidak naik kelas bukan berarti masa depan anda hancur!

Ada lho, anak yang sampai bunuh diri karna dia tidak naik kelas, justru itu yang hancur masa depannya.
Saya, pernah tidak naik kelas. Masalah? Tidak sama sekali.
Orangtua saya marah? Tidak sama sekali pada saat itu. Kebetulan orangtua saya berpikiran luar biasa dan moderat, dan tidak semua orangtua bisa seperti itu.

Tapi itulah yang saya harapkan dari para orangtua di Indonesia. Memberikan dukungan pada anak2nya, tidak memarahi anak pada saat nilai anaknya jelek, tidak menghakimi pada saat tidak semua pelajaran nilai sang anak mendapatkan yang terbaik. Kita harus mengerti dan mendukung apa yang anak itu suka.

Ingat sekali lagi bahwa,
Masa depan anda tidak tergantung pada pintar tidaknya anda di sekolah anda.
Masa depan anda, ada di tangan anda.
Jangan takut untuk mendapatkan merah di sekolah anda.
Kadang2, merah artinya sukses, untuk masa depan anda.

Deddy Corbuzier

Dua Paket Perkuat Rupiah!

Rupiah adalah mata uang negara Indonesia, dalam beberapa tahun belakangan ini Indonesia mengalami berbagai masalah yang mempengaruhi melemahnya atau turunnya nilai mata uang, yang paling besar terjadi permasalahan pada sektor EKONOMI. Pada tahun ini telah terjadinya krisi ekonomi global yang menyebabkan nilai mata uang di negara berkembang seluruh dunia menjadi melemah. Mengapa hal ini terjadi? bagaimana cara menyelesaikan krisis ini?

Pertama,Krisis moneter global ini di dasari pada kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui THE FED yang belum mengeluarkan kebijakan yang pasti terhadap suku bunga dolar AS pada bank-bank dunia, sehingga bank-bank dunia melakukan spekulasi terhadap nilai dolar tersebut untuk mencari valas yang aman dalam persoalan investasi, yang dapat mengakibatkan banyaknya pembelian dolar karena takut akan harga dollar naik setelah ada keputusan The Fed, hal ini di karenakan dalam tubuh the fed masih terjadi perbedaan pendapat antara Jent Yellen dengan mainboard The Fed . Kemudian, beberapa bulan terakhir indonesia mengalami defisit neraca transaksi, yaitu nilai impor lebih besar di bandingkan nilai ekspor. Itu adalah masalah utama melemahnya nilai rupiah dan mata uang global.

Karena krisis ekonomi yang melanda dunia ini belum terhentikan khususnya di indonesia, maka pemerintah indonesia langsung menghambat lajunya penurunan ekonomi ini, pemerintah melalui paket kebijakan ekonomi yang di terapkannya di harapkan mampu menyelesaikan permasalah ini secepatnya di indonesia. Kebijakan pertama yang di keluarkan pemerintah pada tanggal 9 september 2015 adalah dengan Paket Kebijakan Tahap Pertama dan paket kebijakan pemerintah tahap kedua, tahap pertama ini di fokuskan untuk mendorong daya saing nasional dengan deregulasi debirokratisasi serta penegakan hukum dan kepastian usaha selain itu pemerintah melakukan langkah penyederhanaan izin yang berbasis elektronik. Selanjutnya memepercepat proyek strategis nasional, penedian lahan dan tata ruang serta pembanguani infrastruktur. Paket kebijakan selanjutnya meningkatkan investasi di sektor properti dengan mendorong pembangunan untuk masyarakat ekonomi rendah. Tujuan dari kebijakn ini untuk menggerakan sektor Riil dan memperkuat industri nasional melalui ekspor. Saat ini indonesia sedang menunggu paket kebijakan ekonomi tahap ke dua yang akan di jalankan oleh pemerintah demi menaikkan nilai mata uang indonesia. Dengan adanya paket kebijakan dari pemerintah ini di harapkan perekonomian dan nilai mata uang indonesia dapat kembali menguat dalam ekonomi global.

capture-20151011-194143Kurs Rupiah dengan mata uang negara lain, tanggal 11 oktober 2015

Ditulis oleh Maulana Hizbullah

Hebatnya Pendidikan Finlandia Yang Harus Di Contoh

Sekolah 5-9 jam sehari, Banyak PR & Wajib mengikuti Ujian Nasional, Tapi masih banyak Pelajar di Indonesia yang tidak Pintar?
Sekolah Cuma 5 Jam, Tanpa PR & Ujian Nasional, Mengapa Pelajar di Finlandia Bisa Pintar? Bahkan Pintarnya Merata?

Semasa sekolah dulu, rasanya mustahil kamu bisa dijuluki murid pintar kalau dapat ranking terakhir. Apalagi kalau gak lulus Ujian Nasional, rasanya dunia selesai di titik itu. Ketatnya persaingan di sekolah mungkin memang bertujuan supaya kita berlomba-lomba jadi lebih pintar. Tapi tahukah kamu, negara dengan pendidikan terbaik dan murid terpintar di dunia yaitu Finlandia justru melakukan hal yang sebaliknya?

Berbeda dengan kita yang harus menghadapi ujian nasional tiap mau naik jenjang sekolah, seumur-umur pelajar di Finlandia hanya menghadapi 1 ujian nasional ketika mereka berumur 16 tahun. Tidak hanya minim pekerjaan rumah, pelajar di Finlandia juga mendapatkan waktu istirahat hampir 3 kali lebih lama daripada pelajar di negara lain. Namun dengan sistem yang leluasa entah bagaimana mereka justru  bisa belajar lebih baik dan jadi lebih pintar. Apa rahasianya? Mari kita ulas bersama:

1. Di Finlandia, Anak-Anak Baru Boleh Bersekolah Setelah Berusia 7 Tahun

Orang tua jaman sekarang pasti udah pusing memikirkan pendidikan anak. Anaknya belum genap 3 tahun aja udah ngantri dapat pre-school bagus gara-gara takut kalau dari awal sekolahnya gak bagus, nantinya susah dapat SD, SMP, atau SMA yang bagus. Di Finlandia tidak ada kekhawatiran seperti itu. Bahkan menurut hukum, anak-anak baru boleh mulai bersekolah ketika berumur 7 tahun.

Awal yang lebih telat jika dibandingkan negara-negara lain itu justru berasal dari pertimbangan mendalam terhadap kesiapan mental anak-anak untuk belajar. Mereka juga meyakini keutamaan bermain dalam belajar, berimajinasi, dan menemukan jawaban sendiri. Anak-anak di usia dini justru didorong untuk lebih banyak bermain dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Bahkan penilaian tugas tidak diberikan hingga mereka kelas 4 SD. Hingga jenjang SMA pun, permainan interaktif masih mendominasi metode pembelajaran.

Pelajar di Finlandia sudah terbiasa menemukan sendiri cara pembelajaran yang paling efektif bagi mereka, jadi nantinya mereka tidak harus merasa terpaksa untuk belajar. Maka dari itu meskipun mulai telat, tapi pelajar umur 15 di Finlandia justru berhasil mengungguli pelajar lain dari seluruh dunia dalam tes internasional Programme for International Student Assessment (PISA). Itu membuktikan faedah dan efektivitas sistem pendidikan di Finlandia.

2. Cara Belajar Ala Finlandia: 45 Menit Belajar, 15 Menit Istirahat

Tahukah kamu bahwa untuk setiap 45 menit siswa di Finlandia belajar, mereka berhak mendapatkan rehat selama 15 menit? Orang-orang Finlandia meyakini bahwa kemampuan terbaik siswa untuk menyerap ilmu baru yang diajarkan justru akan datang, jika mereka memilliki kesempatan mengistirahatkan otak dan membangun fokus baru. Mereka juga jadi lebih produktif di jam-jam belajar karena mengerti bahwa sebentar lagi mereka akan dapat kembali bermain.

Di samping meningkatkan kemampuan fokus di atas, memiliki jam istirahat yang lebih panjang di sekolah juga sebenarnya memiliki manfaat kesehatan. Mereka jadi lebih aktif bergerak dan bermain, tidak hanya duduk di kelas. Bagus juga kan jika tidak membiasakan anak-anak dari kecil untuk terlalu banyak duduk.

3. Semua Sekolah Negeri di Finlandia Bebas Dari Biaya. Sekolah Swasta Pun Diatur Secara Ketat Agar Tetap Terjangkau

Satu lagi faktor yang membuat orang tua di Finlandia gak usah pusing-pusing milih sekolah yang bagus untuk anaknya, karena semua sekolah di Finlandia itu setara bagusnya. Dan yang lebih penting lagi, sama gratisnya. Sistem pendidikan di Finlandia dibangun atas dasar kesetaraan. Bukan memberi subsidi pada mereka yang membutuhkan, tapi menyediakan pendidikan gratis dan berkualitas untuk semua.

Reformasi pendidikan yang dimulai pada tahun 1970-an tersebut merancang sistem kepercayaan yang meniadakan evaluasi atau ranking sekolah sehingga antara sekolah gak perlu merasa berkompetisi. Sekolah swasta pun diatur dengan peraturan ketat untuk tidak membebankan biaya tinggi kepada siswa. Saking bagusnya sekolah-sekolah negeri di sana, hanya terdapat segelintir sekolah swasta yang biasanya juga berdiri karena basis agama.

Tidak berhenti dengan biaya pendidikan gratis, pemerintah Finlandia juga menyediakan fasilitas pendukung proses pembelajaran seperti makan siang, biaya kesehatan, dan angkutan sekolah secara cuma-cuma. Memang sistem seperti ini mungkin berjalan karena kemapanan perekonomian Finlandia. Tapi jika memahami sentralnya peran pendidikan dalam membentuk masa depan bangsa, seharusnya semua negara juga berinvestasi besar untuk pendidikan. Asal tidak pada akhirnya dikorupsi saja, kalau anggaran pendidikan di korupsi terus, apa jadinya pendidikan?

4. Semua Guru Dibiayai Pemerintah Untuk Meraih Gelar Master. Gaji Mereka Juga Termasuk Dalam Jajaran Pendapatan Paling Tinggi di Finlandia.

Di samping kesetaraan fasilitas dan sokongan dana yang mengucur dari pemerintah, penopang utama dari kualitas merata yang ditemukan di semua sekolah di Finlandia adalah mutu guru-gurunya yang setinggi langit. Guru adalah salah satu pekerjaan paling bergengsi di Finlandia. Pendapatan guru di Finlandia pun lebih dari 2 kali lipat dari guru di Amerika Serikat.Tidak peduli jenjang SD atau SMA, semua guru di Finlandia diwajibkan memegang gelar master yang disubsidi penuh oleh pemerintah dan memiliki tesis yang sudah dipublikasi.

Finlandia memahami bahwa guru adalah orang yang paling berpengaruh dalam meningkatkan mutu pendidikan generasi masa depannya. Maka dari itu, Finlandia berinvestasi besar-besaran untuk meningkatkan mutu tenaga pengajarnya. Tidak saja kualitas, pemerintah Finlandia juga memastikan ada cukup guru untuk pembelajaran intensif yang optimal. Ada 1 guru untuk 12 siswa di Finlandia, rasio yang jauh lebih tinggi daripada negara-negara lain. Jadi guru bisa memberikan perhatian khusus untuk tiap anak, gak cuma berdiri di depan kelas.

Jika Indonesia ingin semaju Finlandia dalam urusan pendidikan, guru-guru kita selayaknya juga harus mendapatkan sokongan sebagus ini. Kalau perhatian kita ke guru kurang, kenapa kita menuntut mereka harus memberikan yang terbaik dalam proses pembelajaran? Tidak adil ‘kan?

5. Guru Dianggap Paling Tahu Bagaimana Cara Mengevaluasi Murid-Muridnya. Karena Itu, Ujian Nasional Tidaklah Perlu.

Kredibilitas dan mutu tenaga pengajar yang tinggi memungkinkan pemerintah menyerahkan tanggung jawab membentuk kurikulum dan evaluasi pembelajaran langsung kepada mereka. Hanya terdapat garis pedoman nasional longgar yang harus diikuti. Ujian Nasional pun tidak diperlukan. Pemerintah meyakini bahwa guru adalah orang yang paling mengerti kurikulum dan cara penilaian terbaik yang paling sesuai dengan siswa-siswa mereka.

Diversitas siswa seperti keberagaman tingkatan sosial atau latar belakang kultur biasanya jadi tantangan sendiri dalam menyeleraskan mutu pendidikan. Bisa jadi gara-gara fleksibilitas dalam sistem pendidikan Finlandia itu, semua diversitas justru bisa difasilitasi. Jadi dengan caranya sendiri-sendiri, siswa-siswa yang berbeda ini bisa mengembangkan potensinya secara maksimal.

6. Siswa SD-SMP di Finlandia Cuma Sekolah 4-5 Jam/hari. Buat Siswa SMP dan SMA, Sistem Pendidikan Mereka Sudah Seperti di Bangku Kuliah

Tidak hanya jam istirahat yang lebih panjang, jam sekolah di Finlandia juga relatif lebih pendek dibandingkan negara-negara lain. Siswa-siswa SD di Finlandia kebanyakan hanya berada di sekolah selama 4-5 jam per hari. Siswa SMP dan SMA pun mengikuti sistem layaknya kuliah. Mereka hanya akan datang pada jadwal pelajaran yang mereka pilih. Mereka tidak datang merasa terpaksa tapi karena pilihan mereka.

Pendeknya jam belajar justru mendorong mereka untuk lebih produktif. Biasanya pada awal semester, guru-guru justru menyuruh mereka untuk menentukan target atau aktivitas pembelajaran sendiri. Jadi ketika masuk kelas, mereka tidak sekadar tahu dan siap tapi juga tidak sabar untuk memulai proyeknya sendiri.

7. Gak Ada Sistem Ranking di Sekolah. Finlandia Percaya Bahwa Semua Murid Itu Seharusnya Ranking 1

Upaya pemerintah meningkatkan mutu sekolah dan guru secara seragam di Finlandia pada akhirnya berujung pada harapan bahwa semua siswa di Finlandia dapat jadi pintar. Tanpa terkecuali. Maka dari itu, mereka tidak mempercayai sistem ranking atau kompetisi yang pada akhirnya hanya akan menghasilkan ‘sejumlah siswa pintar’ dan ‘sejumlah siswa bodoh’.

Walaupun ada bantuan khusus untuk siswa yang merasa butuh, tapi mereka tetap ditempatkan dalam kelas dan program yang sama. Tidak ada juga program akselerasi. Pembelajaran di sekolah berlangsung secara kolaboratif. Bahkan anak dari kelas-kelas berbeda pun sering bertemu untuk kelas campuran. Strategi itu terbukti berhasil karena saat ini Finlandia adalah negara dengan kesenjangan pendidikan terkecil di dunia.

Memang, kita gak bisa serta merta menyontek sistem pendidikan Finlandia dan langsung menerapkannya di Indonesia. Dengan berbagai perbedaan institusional atau budaya, hasilnya juga mungkin gak bakal sama.

Tapi gak ada salahnya belajar dari negara yang udah sukses dengan reformasi pendidikannya? Siapa tahu bisa menginspirasi pemerintah Indonesia untuk mengadakan perubahan demi pendidikan Indonesia yang lebih baik. Karena pendidikan dan generasi muda adalah pionir masa depan bangsa!

Ditulis oleh Maulana Hizbullah

Juara 1 Sayembara Blog Kependudukan BkkbN Tingkat Nasional 2015

Alhamdulillah berkat rahmat Allah yang Maha Esa dan dukungan teman-teman sekalian, blog ini dapat meraih juara 1 tingkat nasional tahun 2015. Terimakasih diucapkan kepada respoden atas saran dan kritik yang telah memotivasi pembuatan blog ini.

Tak lupa pula ucapan terimakasih kepada:

  • Allah SWT
  • Para dewan juri yang arif lagi bijaksana
  • Orang tua, guru yang telah membimbing, yakni ibu Ade Willi Marissa S,Pd dan bapak Safrizal S,sos. dan;
  • Partner pembuatan blog ini yaitu Bunga Rizki Ulfira yang telah turut menuangkan ide serta gagasannya dalam pembuatan blog ini. Mulai dari pemilihan judul, semboyan, penulisan artikel, hingga sampai tahap akhir pembuatan blog ini. Semoga dapat terus menjadi partner penulisan blog ini dan dapat terus menyumbangkan pikirannya yang berguna bagi nusa dan bangsa. Terimakasih atas semboyan “Ketika AKsara Berbicara Tentang Bangsa” yang telah menginspirasi blog dan telah dijadikan sebagai tolak ukur bahwa blog ini adalah blog yang dipersembahkan untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Kemenangan ini dipersembahkan untuk semua teman-teman yang telah mendukung dan dikhususkan untuk patner blog ini, semoga dapat terus membantu dan menginspirasi masyarakat indonesia.  Salam Genre! 🙂